MPA dengan Segala yang Ada padanya

Dokumentasi Panitia MPA UNJ 2015
Oleh : Asrul Pauzi Hasibuan



Pada semua itu, dik, ada macam-macam harapan yang kemudian disematkan atas pundakmu. Harapan yang sedari dulu memang diletakkan pada pundak setiap pemuda. Harapan yang lahir atas mata yang terbelalak melihat semangat yang berapi-api dan akal yang darinya berpendaran cahaya rupa-rupa. Agent of Change, Social Control, Moral Force dan Iron Stock, mungkin itu yang dapat kita rumuskan dari apa-apa yang orang banyak harapkan. Tentu, ada harapan lain dari ke-empatnya:  semoga ke-empatnya bukan "jargon-jargon" kosong.

Dimana 4 fungsi tadi berarti,
Agent of Change, kita diharapkan menjadi seorang yang membawa perubahan. Entah itu melalui gagasan-gagasan ataupun dengan sumbangsih alat baru yang kita temukan. Social Control berarti kita dapat memaksimalkan posisi kita yang strategis: di antara masyarakat dan pemerintah, yang memudahkan kita menyampaikan aspirasi-aspirasi untuk para petinggi negeri saat ada keputusan yang jauh dari kata mensejahterakan masyarakat. Moral Force kita dapat menjadi pembentuk moral di tengah-tengah masyarkat dengan campaign semisal “mari budayakan membuang sampah pada tempatnya”; “Ayo jujur dalam ujian”: “Ayo tolak suap” dst. Tentu campaign tidak akan berjalan dengan baik tanpa teladan dan sosialisasi yang rasional mengenai kenapa tindakan tersebut harus diambil. Lalu Iron Stock berarti kita sedini mungkin menyiapkan setiap diri kita untuk kemudian mengisi posisi-posisi yang strategis untuk membawa perunbahan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Sudah banyak narasi yang menceritakan kenekatan apa-apa yang kita --pemuda- ambil, malah sering kali tindakan-tindakan itu dianggap tidak ada artinya oleh orang-orang yang lebih tua dari kita. Peristiwa Sumpah Pemuda, Sjahril yang merelakan masa studinya sampai akhirnya “singgah” di digul, Penculikan dwitunggal,  Tritura yang diusung hingga Bung Besar "turun panggung", Peristiwa malari yang hingga pecahnya Reformasi, bahkan tuntutan terhadap peniadaan uang pangkal bagi mahasiswa baru jalur mandiri dan penolakan terhadap kenaikan nominal UKT pada beberapa golongan UKT di kampus kita 2016 lalu.

Saya ingin sedikit berkisah, tidak mudah memang menyiapkan sambutan --di kampus kita dikenal: MPA- untuk kalian: birokrasi yang berbelit, misalnya --meski katanya ini kolaborasi birokrat dan mahasiswa. Saat mengurus surat peminjaman tempat mesti ganti-ganti tujuan disposisi. Bahkan mendadak ada gedung yang katanya tak boleh digunakan untuk tempat menyambutmu, dik. Atas dalih seluruh ruangan di gedung itu bukan tempat acara apapun selain ruang pembelajaran. padahal dari namanya pun --Masa Pengenalan Akademik-, kita tahu bahwa barang tentu ini menyangkut pembelajaran, walaupun hanya sekadar pengantar. Singkat cerita setelah sowan ke rektorat, menemui wakil rektor bidang kemasiswaan beserta jajarannya akhirnya ruangan-ruangan itu diperbolehkan untuk digunakan.

Dalam kesulitan-kesulitan itu muncul kekhawatiran, tak lepas akibat tahun lalu mendadak MPA dipegang oleh birokrat, muncul prasangka-prasangka bahwa drama-drama yang sama akan dimainkan. "Semangat!, daripada mereka kemudian akan dicekoki hal-hal muluk yang melulu mengenai akademik, IPK tinggi", kata seseorang pada waktu itu. Itu yang kemudian membawa kami ingin menyiapkan konten acara yang spesial, paling tidak, memberi tahu, bahwa mahasiswa punya tugas lebih dari sekadar berbicara nilai dan nilai.

Bahwa benar, dari setiap rajutan benang yang bersilangan membentuk almamater kebanggaan --meski sampai saat ini kalian belum mendapatkannya- kita, ada tangisan dan keringat orang-orang papa. Uang Kuliah Tunggal yang mesti dibayarkan setiap semester adalah hasil selisih Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri dengan Biaya Kuliah Tunggal. Dimana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) berasal dari pajak negara. Bantuan operasional perguruan tinggi negeri yang selanjutnya disingkat BOPTN merupakan bantuan biaya dari Pemerintah yang diberikan kepada perguruan tinggi negeri untuk membiayai kekurangan biaya operasional sebagai akibat adanya kenaikan sumbangan pendidikan di perguruan tinggi negeri, bunyi pasal 1 Permenristekdikti No. 6 Tahun 2016 Tentang BOPTN.

            Maka adalah suatu yang tak berlebihan bahwa kita mesti menjalankan 4 fungsi yang telah dipaparkan di atas dengan baik, sebagai wujud kontribusi untuk masyarkat banyak. Percayalah, dengan kita paham fungsi kita bukan berarti nilai diabaikan, malah itu harusnya menjadi pecutan. Bahwa memiliki banyak aktifitas kebaikan bukan alasan penghambat kita mendapatkan prestasi akademik yang menawan.

Wallahu ‘alam bishowab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemimpin atau (Sekadar) Pemimpi, Tentukan Sekarang!

Enam Tips Menjelaskan Seksualitas pada Anak, Penting untuk Orang Tua!*

Gerimis Februari*