Pencarian Rumpang
wajibbaca.com |
Aku
mencari-cari apa yang rumpang
Yang
kian hari meniupkan segala gersang
Yang
meranggas dedaunan; yang hanya meninggalkan ranting dan batang
Aku
berpikir dalam, “Ada apa gerangan?”
Apa
dan siapa yang harusnya mengisi sesuatu yang rumpang-berlubang?
Apakah?
Siapakah?
Pada
malam aku tanyakan,
Awal-awal
ia melantarkan aku tanpa jawaban
Sebagaimana
anak kecil yang tak tahu dimana ibunya, kehilangan
Malam-malam
berikutnya,
Dimana
bumi dihujan;
Malam
itu, bumi, tambah-tambah ia menawan;
Setelah
mendapat sentuhan cahaya rembulan;
Sisa
tampias air hujan di jendela memendar cahaya rembulan;
Seolah
membawa suatu pesan;
Sesuatu
yang membangunkan kesadaran;
Atau
pun pertanyaan yang juga memburu jawaban
Perlahan
embun itu beringsut; kering; tak kelihatan
Namun,
Ia
meninggalkan jejak-jejak yang siap kembali dihujan
‘Tuk
mengingatkan,
Agar,
terusku buru jawaban-jawaban
Tampias-tampias
hujan yang mengetuk-ngetuk bersaksi dengan nada-nadanya kemudian
Ialah
kamu yang entah;
Yang
entah dimana;
Yang
boleh jadi menjawab ‘Apa’ dan ‘Siapa’ dari daftar-daftar
pertanyaan
Apa?
Ah,
entah
Apa
yang mendekatkan pada Rabb Semesta?
Pada
Zat yang membuat Sayydina Muhammad tak sejengkal pun mundur,
“Andai
matahari diletakkan di tangan kananku,” jawabnya tegas, lantang
“dan
rembulan di tangan kiriku,” lanjutnya
Pemilik
wajah rupawan; Muhammad yang dinantikan dan kemudian dirindukan,
menegaskan,
Sesekali
keyakinannya tidak akan ia tanggalkan
Sesekali
ia tak akan mundur, sekali pun perlahan
Apa
aku harus percaya pada kombinasi fenomena alam yang mengagumkan?;
Rembulan
yang menyala-nyala pada malam selepas hujan
Pasalnya,
aku terlanjur dengannya akrab berkawan
Lantas,
kenapa itu kunafikkan?
Ah,
ya! Beruntungnya aku;
Ia
genapkan sesuatu yang rumpang itu;
Yang
katanya jawaban dari ‘Apa’ dan ‘Siapa’ itu bertalian;
Tak
terpisahkan
Katanya
memberi kesaksian,
Ialah
denganmu; yang ‘kan berikhtiar menggenapkan jawaban
Setelah
‘Apa’ ku temukan
Dan
‘Siapa’-ku rindukan dan bersatu kemudian
‘Apa’
yang merupa keyakinan
Ialah
yang nantinya sesuatu yang saban hari kita perjuangkan;
Dengan
penginsafan yang kelak kita lakukan;
Dengan
kalimat-kalimat taubat yang kelak dalam rumah kita rapalkan;
Dengan
ikhtiar-ikhtiar yang juga sadar soal ketawakalan;
Dengan
safari-safari keilmuan
Hingga,
Rindu
yang rumpang;
Rindu
yang entah
Menjadi
rindu yang selalu mengembang
Karena
ia bening; dari Rabb yang Muhammad sembah
Adakah
pemilik rindu semisal ini selain aku?
Kamu,
kah?
Jika
kamu yang ‘kan berdua denganku berkelena menemukan ‘Apa’,
Ku
tembangkan puisi-puisi ini untukmu, karena satu;
Aku rindu...
Di
Larangan, pada senja menjelang Ramadhan yang dirindukan, 24 April
2019
Asrul
Pauzi Hasibuan,
Yang
menghitung-hitung rindu
Komentar
Posting Komentar