Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Pengasong Keadilan*

Gambar
Sumber gambar: pexels.com/@skitterphoto Dalam setiap diskursus yang lebih mirip pernyataan humas penguasa; Atau yang lebih mirip sekadar pembelaan belaka: Terminologi keadilan masih saja dianggap tepat "bersolek" di depan massa Dalih semua untuk masyarakat banyak terus digunakan tanpa pernah malu meski realita mengindikasikan sebaliknya; Omong kosong belaka Sebab diperbudak nafsu dunia; Demi dahaga kenikmatan dunia yang sejatinya fana Rakyat, semua atas dan demi rakyat, katanya Sukarela, ia melakukannya atas dasar suka dan rela, katanya Entah rakyat yang mana Pun entah Suka dalam kedukaan atau malah sebaliknya? Boleh jadi, suka atas penderitaan semua Sebab apa pun sudah dimonopoli sejak rakyat menjatuhkan pilihannya Yang menarik ditelisik lebih jauh; Pilihan karena kesadaran sejati atau karena kesadaran palsu belaka Keadilan Suatu kosa kata yang sejatinya penuh makna mulia Yang belakangan diasong, dikaburkan maknanya Demi kepentingan

Dari Puisi ke Puisi

Gambar
Sumber gambar: pexels.com/id-id/@rakicevic-nenad-233369 Pada setiap yang berkelebat dalam kepala, aku kekalkan dalam puisi;   Aku hidupkan dalam setiap kata yang mengandung suatu konotasi;   Aku tembangkan dalam setiap kalimat yang tersirat segenap denotasi   Lalu, ada suatu diksi yang begitu karib dalam puisiku;   Adalah kamu yang ku maksud diksi itu   Yang aku ganti dengan kata dia   Meski sebenarnya adalah Dia yang kerap muncul   Sebab yang aku tahu, bahwa Dia adalah kunci;   Guna membuka yang lain   Termasuk membuka hati dia yang lain; kamu   Dia; Tuhan yang satu itu;   Nama-Nya;   Adalah nukilan yang sering muncul dalam doa-doaku yang puisi;   Adalah pra-syarat guna melegitimasi puisi-puisi untukmu   Dia adalah nama yang aku nisbatkan setiap kali puisi-puisi dibuhulkan pada namamu;   Namamu, yang puisi itu sendiri yang tahu   Namamu, yang rasa itu sendiri yang merasa   Namamu   Namamu   Dari puisi ke