Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Mengeja Fungsi Mahasiswa di Tengah Pandemi Covid-19*

Gambar
Sumber gambar: unjkita.com Bagi Soe Hok Gie, patriotisme bukan lahir dari hipokrisi dan slogan-slogan. Mengenal objek adalah satu-satunya cara untuk mencintai sesuatu. Artinya, kecintaan terhadap Indonesia akan tumbuh saat mengenal Indonesia lengkap dengan mengenal masyarakatnya dari dekat, (Soe Hok Gie, 1967). Hari ini, terlihat kita begitu gemar berslogan, ada pun hipokrisi atau tidak, tentu tidak dengan mudah dapat disimpulkan. Butuh melihat segalanya dengan jelas, termasuk indikasi dari maksud ( output ) slogan-slogan yang didengungkan ke mana-mana. Polarisasi masyarakat di Indonesia pasca pemilihan presiden (pilpres) 2014 adalah satu hal yang perlu kita daras. Sebab kebisingan yang muncul dari polarisasi itu sudah tidak lagi boleh abaikan. Polarisasi yang seumpama bom waktu itu, menurut hemat penulis lebih dari sekadar fanatisme tokoh belaka. Nilai-nilai ( world view ‘pandangan hidup’) merupakan sesuatu yang jelas memengaruhi polarisasi itu. Boleh jadi penyebabnya adalah

Lengkung yang Lekang

Gambar
Sumber gambar: pexels.com/id-id/@jonas-mohamadi-621232 Lebih kurang dua tahun lalu Saat diri memutuskan lepas landas; Menceburkan diri kemandian air panas; Tempat di mana mimipi-mimpi dihimpun, dipulas; Atau melibatkan diri untuk bercengkrama dengan laut lepas; Atau juga terjun bebas, Dari curug-curug indah yang kerap kali juga ganas Pada waktu itu Ada lengkung bibir yang tertinggal; Entah di mana ia tanggal Sesabit senyum yang boleh jadi tak seorang pun peduli itu, Pergi, dan belum kembali; Menyisakan gambaran-gambaran yang tak dikehendaki siapa pun; Terang, bagi empunya yang bahagia namun seolah tertahan; Atau bahkan seolah menggambarkan citra sebaliknya; Sebab simpul-simpul kadung tercerai; Kandas, entah ke mana, Sebab ia tidak pamit: Menyisakan bekas-bekas yang juga entah Pada dua gundukan daging yang saling menjauh saat memperlihatkan emosi bahagia itu, Masih juga rompal, Sebab ada bahag

Puasa Lebih Dini Demi Melawan Pandemi Covid-19 di Tanah Air

Gambar
Sumber gambar: pexels.com/id-id/@sevenstormphotography Sudah lebih dari 40 hari pasca kasus Corona Virus Desease-19 (Covid-19) pertama di Indonesia diumumkan oleh Pemerintah Pusat. Itu pun banyak yang menyangsikan bahwa kasus tersebut bukan benar-benar kasus pertama, karena boleh jadi ada kasus yang tidak terdeteksi. Hingga hari ini grafik tidak menunjukkan perlambatan, dan pandemi Covid-19 sudah merenggut cukup banyak garda terdepan; dokter-dokter, guru besar, dan tenaga kesehatan lainnya, yang gugur dalam “perang” melawan pandemi ini, di samping korban-korban lainnya. Hal tersebut penulis singgung bukan tanpa alasan, sebab penulis menyoroti hal tersebut perlu menjadi perhatian khusus bagi pemangku kebijakan untuk memenangkan segalanya dengan memenangkan mereka-mereka yang berada di garda terdepan. Cara penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah dianggap tidak begitu baik. Di antaranya adalah kebijakan terkait tradisi mudik, menyusul dalam waktu dekat umat Islam akan meny

Sepi yang Tak Dikehendaki

Gambar
      Sumber gambar: pexels.com/id-id/@andrew Dikala sepi menjalar ke segala arah; Melingkupi langit-langit kita yang basah; Mengisi kisi-kisi tempat di mana kita menimbun tabah; Yang datang mencungul setelah resah Pada resah yang aku sulap menjadi pasrah itu, Tuan Mengantar aku pada dalamnya kerinduan Di mana, pada waktu-waktu lapang, sering kali aku adalah jalang; Menisbatkan hati yang aku pun ragu itu hati; Pada mekarnya kuntum yang aku berpikir berulang kali memastikan jika itu kuntum; Hati yang entah; Hati yang mekar bahagia itu; Kadung merekah disinari kecongkakan; Bahagia yang dijumput dari terminologi ketololanku itu Yang belakangan aku sadari menegasikan Tuhan; Dalam kalam-Nya yang gegabah aku sangsikan Termasuk begitu percaya dengan Tuan-tuan yang bersekongkol dengan para setan Kalam itu, tak sedetik pun ia memilih aku untuk ditertawakan Tak sekedip pun; Tak sekejap pun Meski aku terlanjur belingsatan; Sebab menahan sepi yang tak