Dihujani Doa-Doa*
Hatimu bersambut bermekaran, setelah doa-doa menghujan
pexels.com/id-id/@sachith-hettigodage-685810
Musim belakangan boleh jadi semakin tidak menentu,
Sebagaimana rindu yang tetiba menyita perasaanku;
Sejurus bayang-bayangmu datang melulu;
Percis, seperti hujan pada bulan Februari
Pada intensitas hujan belakangan,
Selain tentu menghujan segala dan lalu kebasahan;
Ia juga membuat genangan;
Pun, suatu kali juga kenangan;
Yang menumbuhkan kerinduan yang bermekaran
Tiada yang keliru dari suatu kerinduan;
Selagi tidak direspons dengan sesuatu yang dekat dengan kealpaan
Adalah doa-doa yang menjadi pilihan;
Yang barang kali dapat mengusap-usap hati yang penuh kerinduan;
Memintanya untuk lebih sabaran
Hujan, adalah waktu yang didapuk sebagai waktu mustajabnya doa-doa;
Sehingga adalah aku yang merasakan kerinduan ini,
Memilih menghujanimu:
Dengan doa-doa
Doa-doa,
Yang semoga hujan menjadi perantara;
Agar doa-doa menjadi kenyataan
*) puisi sedang dimoderasi, setelah diunggah di idntimes.com melalui akun IDN Community penulis pada Selasa, 02 Februari 2021
Komentar
Posting Komentar